16 October 2015

Dark Places (2015)

In 1985, her entire family was murdered. 30 years later, the truth emerges

Memori terindah dalam benak seorang bocah biasanya adalah keriangan keluarga, apapun keluarga itu. Dan jika potensi keriangan itu berubah bentuk menjadi horor, maka itu adalah mimpi buruk yang sangat melekat di benak. Perlu usaha keras dari setiap diri pribadi untuk menghilangkannya. Berniat melupakannya? belum tentu usaha itu akan melenyapkan kenangan buruk tersebut. Berusaha mencari jalan keluar adalah jalan terbaik, apapun upaya tersebut. Berhasil atau tidak, setidaknya sudah mendapat pencerahan dari upaya tersebut.

Patty Day (Christina Hendricks) adalah single mother dari empat anak. Suaminya yang pemabuk dan suka main tangan pergi entah ke mana. Patty sangat pesimis dengan kehidupannya yang kekurangan uang. Dia juga frustrasi tentang laporan kenakalan anak sulungnya, Ben Day (Tye Sheridan). Ben pacaran dengan gadis bengal, Diondra (Chloe Grace Moretz) dan mulai suka dengan ritual pemujaan setan. Suatu malam, tiga anggota keluarga tersebut tewas mengenaskan, termasuk Patty. Yang tersisa hanyalah Ben dan si bungsu, Libby Day (Sterling Jerins). Ben menjadi tertuduh. Dia divonis bersalah telah melakukan pembantaian itu.

Waktu bergulir 30 tahun kemudian. Libby (Charlize Theron) sudah dewasa. Dia hidup berkecukupan berkat pembagian untung buku 'A Brand New Day' yang dia menjadi nara sumber peristiwa mengerikan tersebut. Namun sekarang publik telah melupakannya. Dan itu menjadikan Libby melarat. Datanglah Lyle Wirth (Nicholas Hoult). Lyle bersedia memberi Libby uang asal ia mau bekerjasama mengungkap aktor sebenarnya dari peristiwa yang menjadikan Libby terus trauma.

Kill Club
Kill Club, klub tempat Lyle bernaung, yang berisi orang yang selalu ingin tahu tentang kasus pembunuhan yakin bahwa Ben bukanlah pembantai keluarganya sendiri. Dan Libby harus memberikan petunjuk ke anggota klub itu. Libby yang awalnya ogah-ogahan justru menemukan banyak fakta baru yang tentu saja melesat jauh dari pemikirannya.

Dark Places disadur dari novel karangan Gillian Flynn dengan judul yang sama. Karya Flynn yang sudah diangkat ke layar lebar adalah Gone Girl yang panen kritik positif. Saya juga menanggapi Dark Places dengan positif. Namun tentu saja kepositifan Gone Girl dan Dark Places berbeda karena mereka dibesut oleh orang yang berbeda meski disadur dari novel dengan pengarang sama. Yang pasti, Gilles Paquet-Brenner masih kalah kelas dengan David Fincher dan cenderung bermain aman. Tingkat thriller di Gone Girl lebih mendera, sesuatu yang kurang bisa dirasakan di Dark Places.

Dark Places disajikan secara unlinear. Tetapi itu tak membingungkan. Bahkan sajian unlinear tersebut seakan berjalan linear dan tak menganggu simpangan antar waktu yang terjadi. Apa yang terjadi dan menjadi pertanyaan saat ini, dikoneksikan langsung dengan jawabannya di masa lalu. Semuanya terus mengalir hingga berakhir dengan jawaban pamungkas yang bertwist. Twistnya mungkin agak konyol, tetapi twist di Gone Girl saya pikir juga konyol meski tak sekonyol twist Dark Places. Memang twist seperti itu tak salah, Flynn saja yang saya pikir pemikirannya terlalu ekstrim.

Always Shadowing
Yang membuat Dark Places tetap light adalah seorang Charlize Theron. Dalam diri Theron, kita bisa merasakan atmosfer sisi gelap Dark Places. Kebingungan, kekalutan, kegalauan, dan ketakutan Theron bisa ia pancarkan dengan baik melalui sikap dan mimiknya. Siapapun yang melihatnya akan dibuat simpati. Ia tetap tampil tenang dan percaya diri sesuai karakter yang dimainkannya. Nicholas Hult di sini bermain wajar seperti biasanya. Ia hanyalah penyokong dari karakter Theron. Sokongannya cukup kuat. Mereka kembali dipertemukan setelah Mad Max: Fury Road. Bintang besar lain di sini adalah Chloe Grace Moretz dan Tye Sheridan. Well, Moretz bermain apik meski porsi dia di sini tak banyak, begitu juga dengan penampilan Sheridan yang tetap berada di jalurnya.

Dark Places, thriller yang kurang gelap karena Gilles Paquet-Brenner bermain aman. Tak ada kejutan berarti yang benar-benar bisa memuncratkan ekspektasi. Yang ada hanyalah jawaban dan twist yang sewajarnya.

No comments:

Post a Comment